Tulisan ini adalah lanjutan dari ulasanku tentang Final Fantasy XV. Kalau sebelumnya aku bercerita tentang sistem pertarungan (combat system), sekarang aku mau bicara tentang dunia yang ada di FF XV yang enggak kalah mengesankan dari ulasan sebelumnya.
Tulisan ini adalah ulasan lanjutan dari ceritaku sebelumnya yang membahas tentang sistem pertarungan di Final Fantasy XV. Kalau belum baca, boleh banget mampir ke [Part 1] Game Review: Final Fantasy XV, Sistem Pertarungan yang Seru dulu, ya!
Open-world yang Menakjubkan!
I love FF XV’s open-world! Apalagi maininnya setelah FF VII Remake. Wah, penyegaran mata banget banget banget!
Bentang alamnya dapet. Ada savanna, gunung api, goa tambang, danau, rawa-rawa, laut, dan tentu saja ada gorong-gorong yang nggak pernah dilewatkan oleh FF (wkwk). Dilengkapi pula dengan ekosistem sekitarnya. Makhluk hidup yang ada di dunia Eos lebih tepat disebut hewan daripada monster, karena nggak semuanya agresif menyerang karakter kita.
Ada yang bergerombol dan ketika kita lewat, mereka nggak menyerang. Paling berkesan yang mirip badak, jerapah, dan dinosaurus. Ada pula yang predator dan agresif ketika kita melewati area di dekat hewan tersebut. Aku suka banget dengan konsep ini!
Tak sampai di situ, efek yang diberikan juga terasa nyata. Seperti ada pantulan cahaya di atas aspal jalan raya, kilauan cahaya di perairan, transisi langit dan cahaya yang menyesuaikan dengan waktu, dan sebagainya. Yah, meskipun nggak sesempurna itu, tapi buat game di bawah tahun 2020-an sangat mengesankan! Membuatku jadi ingat dengan scenery yang ada di Red Dead Redemption 2.
Open-world di FF XV juga sangat luas. Banyak sekali daerah yang bisa dieksplorasi. Saking luasnya, perjalanan dari ujung barat ke ujung timur dengan mobil secara manual memakan waktu sekitar 20 menit-an. Seru juga, sih, berasa lagi road trip.
Kota di Dunia Eos
Kota yang ada di dunia Eos sebenarnya dikit, yaitu cuma tiga: Insomnia, Lestallum, dan Altissia. Itu pun yang Insomnia cuma dapat reruntuhannya aja, sayang sekali kita nggak diberi kesempatan menikmati kemegahan kota Insomnia.
Meskipun begitu, Lestallum dan Altissia memiliki daya tarik kota yang tinggi! Kota Lestallum mirip-mirip dengan kota Persia (?) yang banyak gang-nya dan ada pasar yang menjadi pusat aktivitas. Selain itu, banyak juga pedagang kaki lima di sekitar kota, meskipun hanya beberapa yang bisa berinteraksi.
Sementara itu, kota Altissia ini yang lebih seru. Mirip seperti Venice, di mana kota ini dikelilingi oleh sungai kecil dan ada Gondola sebagai alat transportasi lokalnya. Lebih modern lah dibandingkan dengan Lestallum. Warganya juga tampak lebih sejahtera. Ya, wajar sih soalnya ada kerajaannya di sini.
Lokasi Altissia berada di seberang lautan wilayah Lucis (kampung halaman Noctis). Jadi, untuk menuju ke Altissia harus menggunakan kapal. But no worries, nantinya kita bisa pakai kapal, kok. Kita juga bisa mengontrol kapal kalau pengin jalan-jalan di laut atau mancing di tengah laut. Sayangnya, nggak bisa mampir ke pulau karang di tengah lautan.
Rest Area dan Camping Spot
Kalau dihitung, lebih banyak rest area-nya daripada kota. Banyak banget. Setiap beberapa kilometer pasti akan ada rest area. Rest area-nya modelan american diner gitu, deh. Ada pom bensin, minimarket, dan motel atau camping van buat beristirahat. Seru sih, modern banget!
Ketika kita sedang menjelajah area terbuka seperti hutan atau savanna, kita tetap bisa beristirahat di buper alias bumi perkemahan. Jujur, hal yang membuat aku penasaran ingin main FF XV banget adalah karena ingin merasakan sensasi camping di game Final Fantasy lol.
Ternyata seru juga camping. Karena ketika bermalam, akan ada cut scene yang berbeda-beda menyesuaikan dengan lokasi bermalam. Sebenarnya nginep di tempat lain juga ada cut scene-nya, sih. Tapi, yang berbeda ketika camping adalah ada cut scene di mana Ignis menyajikan hidangan makan malam. Mana ilustrasinya bikin ngiler.
Malam Hari yang Berbahaya
Kalau saat terang kita disuguhkan dengan pemandangan yang menyegarkan, tapi ketika malam jangan harap bisa cuci mata. Karena malam hari para daemons bermunculan. Semacam hantu atau iblis gitu lah kalau di dunia nyata. Saking bahayanya jalan-jalan di malam hari, ketika lagi naik mobil pun bisa sampai diberhentikan oleh daemons dan dipaksa untuk berantem dulu. Benar kata orang tua jaman dulu, pantang keluyuran dari magrib sampai larut.
Sebenarnya nggak cuma malam hari aja, pokoknya kalau lokasinya gelap bakalan muncul para daemons. Bentukannya dari yang kayak tuyul sampai raksasa pun ada. Buatku yang paling berkesan saat bertemu dengan Yojimbo, daemons dengan sosok seorang Samurai yang menyerang dengan Katana.
Chocobo!
Aaaa suka banget sama Chocobo di FF XV! Bisa naik Chocobo dengan bebas, asalkan bayar biaya sewa harian. Tarifnya murah banget cuma beberapa gil. Mengontrol Chocobo saat ditunggangi pun enak banget, nggak sulit.
Kalau lagi pengin jalan cepat di alam bebas, harus banget naik Chocobo. Karena nggak semua area bisa dimasuki oleh mobil, yah meskipun tipe mobil off-road bisa menjelajah keluar jalur jalan raya, tapi karena body-nya gede dan ugal-ugalan, masih enakan naik Chocobo aja.
Semua daerah bisa dilalui oleh Chocobo, kecuali dungeon dan kota Altissia. Bahkan buat menyebrangi danau pun bisa banget naik Chocobo alias dia bisa berenang kayak bebek, dong! Mana musiknya pas nyebrang jadi lebih slow dan mendayu-dayu gitu. Dapet banget experience Chocobo-nya.
Regalia, Mobil Bukan Sembarang Mobil
Sejak awal cerita kita sudah mendapatkan mobil kerajaan yang dinamakan Regalia. Masih membekas scene pembuka FF XV, di mana Regalianya mogok dan task pertama harus dorong mobil. 😂
Sepanjang perjalanan di wilayah Lucis, Regalia inilah yang menemani. Kalau mainnya lagi selow, jalan-jalan pakai Regalia menyenangkan sekali. Menikmati pemandangan sekitar sambil mendengarkan soundtrack Final Fantasy lain. Tapi, kalau lagi malas nungguin perjalanan yang jauh, bisa memilih fast travel. Meskipun loading-nya tuh lama, apalagi kalau tempat tujuannya jauh.
Regalia ini bukan mobil sembarang mobil. Kita bisa banget memodifikasi Regalia di bengkelnya Cindy. Mulai dari autopart sampai mengubah motif stiker mobilnya. Udah berasa lagi main Need for Speed aja. Lebih dari itu, kalau sering mengerjakan side quest dari Cindy, dia bakalan baik banget mau memodifikasi Regalia menjadi mobil off-road bahkan bisa terbang!
Momen kebersamaan Regalia terasa begitu berharga ketika akhirnya harus berpisah dengan mobil peninggalan King Regis ini. Mana Noctis juga meratapi si Regalia dengan sedih. Aku yang main juga ikutan sedih. 😭
Jalan Cerita yang Berlubang
Kalau ditanya apa yang kurang dari FF XV, yaitu jalan ceritanya. Supaya mengenal keseluruhan cerita FF XV, nggak cukup cuma bermain FF XV. Karena akan bertemu dengan banyak sekali plot hole yang membuat pemain jadi bingung. Berasa lompat-lompat ceritanya.
Awal mula permainan aja sebenarnya sudah membingungkan. Baru pergi bentar dari Insomnia, kok sudah dapat kabar kalau rumahnya Noctis dihancurin oleh pasukan Nifleheim? Kenapa kok Altissia diserang? Kenapa tiba-tiba Gladio pergi dan ketika balik lagi ada codetnya? Pokoknya banyak sekali lubang cerita yang nggak bisa langsung kita temukan. Yang paling nggak banget adalah pada saat skip selama 10 tahun. Itu ngapain aja woy. 😭
Buat pemain yang mengedepankan cerita dan narasi, ini bakal gatel banget, sih. Aku aja yang lebih tertarik dengan sistem pertarungan dibandingkan dengan ceritanya aja ikut gatel karena ‘loh kok tiba-tiba begini?’
Potongan-potongan cerita tentang FF XV bisa ditemukan melalui film Kingsglaive: Final Fantasy XV yang menceritakan tentang prolog FF XV. Tepatnya pada saat Insomnia diserang oleh Nifleheim. Di film ini sama sekali nggak ada Noctis. Padahal waktu pertama kali aku nonton, berharap Noctis muncul. 🤡
Selain film, ada juga serial anime berjudul Brotherhood yang juga menceritakan tentang perjalanan Noctis. Hanya saja aku belum nonton. Selanjutnya untuk potongan cerita lainnya, harus memainkan DLC dari FF XV. Setidaknya ada 4 DLC yang bisa dimainkan, yaitu cerita tentang Gladio, Ignis, Prompto, dan Ardyn. Panjang juga, yhaaa.
Bebas di Awal, Linear di Akhir
Kebanyakan serial game FF memiliki konsep linear game di awal. Sejak permainan dimulai, karakter harus mengikuti alur cerita maju dan tidak bisa mundur. Namun, setelah mendekati akhir cerita atau boss terakhir, karakter diberikan kesempatan untuk berkeliling bebas mempersiapkan pertarungan terakhir.
FF XV justru sebaliknya. Pada saat baru memulai game hingga pertengahan, aku bebas berkeliling wilayah Lucis yang mengagumkan. Mungkin, pemain memang sengaja diajak untuk menikmati open world terlebih dulu sepuasnya. Kemudian ketika sudah mulai bosan menjelajah open world dan melanjutkan cerita perjalanan, baru deh pemain ditodong kalau lanjut, nggak bisa balik lagi.
Bagiku sih cukup menarik konsep cerita perjalanan yang berkebalikan ini. Jadi, bisa merasakan pengalaman yang berbeda. Tapi, meskipun linear di akhir, pemain masih bisa diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu buat menjelajahi open world lagi. Seperti yang aku lakukan kemarin sebelum menuju battle terakhir, aku kembali ke Lucis buat mengumpulkan Royal Arms. Jadi, yah, tidak ada penyesalan ketinggalan ultimate weapon.
Pengembangan Karakter
Aku enjoy banget mengikuti perjalanan Noctis dan kawan-kawannya di FF XV. Terasa sekali pengembangan karakter seorang Noctis, dari pangeran dengan sikap kekanakan hingga akhirnya dia menjadi seorang raja yang wibawa.
Pengembangan karakter Noctis terasa masuk akal dan relevan berkat karakter sohibnya. Gladio yang keras dan tegas, Ignis yang mengayomi, dan Prompto yang selalu menghibur. Bahkan selain Noctis, sahabat-sahabatnya ini juga mengalami pengembangan karakter yang cukup mencolok. Misalnya, Ignis yang sejak dia kehilangan penglihatannya, menjadi lebih tegar dan nggak menye’-menye’ (yah begitulah).
Kedekatan Noctis dan ketiga sohibnya ini sangat berkesan. Gimana nggak ya, wong sepanjang perjalanan kita selalu bersama. Tapi, apa yah, ada aura persahabatan yang memang tulus dan hangat gitu. Seperti ketika sedang bertarung, sempet-sempetnya mereka saling back up dan menanyakan keadaan satu sama lain.
Meskipun jujur awalnya aku nggak berekspektasi lebih dengan tim cowok-cowok semua ini, karena berpikir kok nggak ada ceweknya kayak boyband. Tapi, ternyata setelah mengikuti perjalanan mereka yaaaa menyenangkan juga. Dasar aku yang sudah memandang sebelah mata duluan.
Terlepas dari cerita akhir yang cukup intens dan karakter yang lebih serius, aku sangat menikmati kedekatan mereka. Terutama saat awal cerita menjelajahi open world. Favoritku lagi-lagi si Prompto. Karena dari semuanya, Prompto ini yang paling cheerful. Dia suka banget sama Chocobo. Bahkan kadang nyanyi tentang Chocobo. Tanpa Prompto, mungkin Noctis, Gladio, dan Ignis hanyalah trio kwek kwek yang obrolannya sering serius.
Kisah Cinta yang Tragis
Meskipun porsi cinta-cintaan di FF XV nggak banyak dibandingkan dengan bromance-nya, namun perasaan mengharukannya tetap terasa. Memang sih kedekatan emosional dengan Luna begitu kurang karena kemunculan Luna nggak banyak. Mungkin, hanya ada satu adegan di mana aku merasa empati dengan Luna, yaitu ketika dia memanggil Leviathan. Meskipun cuma bentar karena kemudian dia nggak muncul lagi.
Aku sedih banget sih kenapa pasangan ini tidak diridhoi huhu. Padahal aku ikutan excited bersama warga setempat Altissia yang nggak sabar menyaksikan pernikahan Noctis dan Luna. Yah begitulah, takdir berkata lain. Tetep masih sebel sama cerita yang nggak membahagiakan. Teringat luka lama dengan Final Fantasy X. Yah, meskipun pada akhirnya, Noctis dan Luna ‘bersatu’.
Hubungan antara Noctis dengan King Regis, sang ayah, juga nggak kalah emosional. Apalagi pada saat cut scene terakhir. Bapak dan anak ini kerasa banget kedekatannya. Ikut sedih juga, sih, kenapa berakhir tragis. WHY?!
Terlepas dari itu semua dan jalan cerita yang ugal-ugalan, sisi emosionalnya patut diacungi jempol sih menurutku. Sebab, cerita yang diusung nggak melulu fokus pada kisah percintaan.
Macam-macam Aktivitas dan Lainnya
Hal lain yang menyebabkan gameplay FF XV lama banget adalah aktivitasnya banyak! Jangankan aktivitas, side quest-nya juga kadang macam-macam. Side quest biasa sih berburu hewan dan mengambilkan item yang diminta oleh si pemberi side quest. Nggak ada yang terlalu spesial dari side quest-nya, kecuali saat disuruh berburu Adamantoise!
Gila sih pertama kali ketemu Adamantoise tuh aku belum punya Ring of the Lucii. Bayangin aja nyerang kura-kura raksasa pakai jarum. Ada kali sejam ngelawan Adamantoise nyawanya cuma berkurang sebiji jagung. Sudah pasti aku menyerah lah, hahaha. Baru balik lagi ke Adamantoise setelah dapat Ring of the Lucii. Yah, lumayan beresnya setengah jam. Sungguh pengalaman yang berkesan.
Selain side quest, banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan. Seperti, lomba balap Chocobo, balapan off road, sabung monster di Altissia (astagfirullah judi), nanam wortel, main dingdong di rest area, mancing, motret, dan sebagainya!
Paling seru menurutku mancing dan motret, karena kedua aktivitas ini adalah hobinya Noctis dan Prompto. Di FF XV ini lah aku mulai mengenal dengan in-game photography. Ternyata, seru juga memotret pemandangan di dalam game!
Hobi memasaknya Ignis juga nggak kalah seru. Yah, meskipun nggak interaktif seperti memancing dan memotret, tapi memandangi hasil masakannya itu bikin ngiler. Supaya Ignis bisa memasak beranekaragam hidangan, pemain perlu mengumpulkan bahan-bahan resep yang bisa ditemukan di alam bebas, seperti daging hewan buruan atau tanaman liar.
Hidangan yang ada di FF XV, baik masakan Ignis maupun beli di restoran, memberikan buff untuk Noctis and the gang. Setiap makanan efek buff-nya beda-beda. Selain eye-pleasing lihat tampilan masakannya, juga ngasih buff yang berguna banget buat pertarungan.
Rekap Ulasan
Meskipun dari sisi alur cerita dan ada bagian-bagian sistem pertarungan yang mengecewakan, namun aku tetap menilai FF XV adalah game yang menyenangkan! Bahkan dengan perjalanan yang panjang sekalipun, aku tidak begitu merasa bosan karena banyak sekali bagian yang bisa dieksplorasi dalam FF XV. Terutama open-world nya yang cukup luas dan memukau.
Jika disimpulkan, berikut penilaian yang aku sukai dan kurang aku sukai dari FF XV.
Yang Aku Suka
- Keunikan FF XV yang mengambil latar waktu modern yang realistis, sehingga aku masih merasa relate dengan kehidupan yang ada di FF XV
- Open-world yang menakjubkan dengan pemandangan yang indah
- Permainan yang cukup panjang namun tidak membosankan karena ada berbagai macam aktivitas yang bisa dilakukan
- Real-time combat system dan bisa menggunakan serta mencoba berbagai macam skill karakter lain (Prompto seru banget karena berasa lagi main tembak-tembakan, ehe)
- Pertarungan melawan boss yang wow (paling berkesan melawan Leviathan dan Ardyn babak kedua)
- Cut scene dan efek CGI yang memukau
- Kolaborasi side game dengan dunia lain (FF XIV dan hiso hiso~)
Yang Aku Kurang Suka
- Dialog yang kadang gak penting, terkesan kaku, atau kurang nyambung
- Banyak plot hole, terutama waktu yang ke skip hingga 10 tahun (ngapain aja…)
- Kamera yang kadang sulit dikontrol (terutama pas lawan monster raksasa, hhhh nyebelin)
- Waiting mode nggak penting
- Random summon (tapi, gambarnya spektakulerrr!)
Skor yang aku berikan untuk FF XV adalah 8.5/10. Aku enjoy banget mengikuti perjalanan Noctis and the gang. Makasih banget buat perjalanan 65 jam-nya, yang padahal berbulan-bulan baru beres. Akhirnya aku bisa menyaksikan logo komplit FF XV. Mission accomplished! 😆
Leave a Reply