Setiap diajakin untung arung jeram, aku selalu excited! Dari sekian olahraga yang ada di lingkup pecinta alam, aku paling suka main di air, yaitu olahraga arus deras atau arung jeram. Beberapa kali aku turun ke Sungai Cimanuk, mengarungi jalur patrol – bendungan adalah pengalaman yang paling memacu adrenalin.
Awal bulan ini (sekaligus awal tahun) aku diajakin Ua Yana untuk ngarung sungai Cimanuk karena katanya air lagi gede-gedenya! Denger kayak gitu aja aku udah pengen banget turun. Akhirnya aku ngumpulin massa buat ngajakin ngedayung di Cimanuk. Dari yang 13 orang tinggal 4 orang yang akhirnya eksekusi (ditambah aku jadinya 5 orang, pas untuk 1 perahu).
Berangkat ke Sungai Cimanuk, Garut
Jadilah kita berangkat hari Sabtu, 23 Januari 2016 ke Garut. Yang awalnya mau berangkat malam sabtu, jadinya berangkat Sabtu pagi. Untung aja berangkat pagi karena semaleman Garut hujan deras. Aku semakin deg-degan denger Garut hujan deras. Sungainya pakabar yak?! Serem kalau bandang, kan.
Jujur aja walaupun arung jeram ini menyenangkan, tapi sekaligus menakutkan karena emang olahraga paling ekstrem dibandingkan panjat tebing ataupun gunung hutan. Karena bermain di air yang berpacu dengan waktu milidetik, belum lagi ada hambatan namanya undercut yang mustahil bisa lepas jika terjebak.
Kebetulan setahun lalu saat aku arung jeram, aku lebos (jatuh) dari perahu dan nyaris hanyut menuju undercut. Dari situ aku jadi deg-degan dan agak takut kalau mau turun arung jeram. Sempat terbesit gausah turun, apalagi perut lagi keram karena hari pertama. Tapi, ujung-ujungnya aku gak tahan liat air dan akhirnya turun. 😂
Mengarung Santai di Jalur Patrol – Leuwigoong
Jalur kali ini yang dipakai adalah Patrol-Leuwigoong dengan estimasi 3 jam. Sengaja dari awal direncanain sampai Leuwigoong, karena kalau udah lewatin Leuwigoong jalurnya udah ekstrem.
Kali ini turun 2 perahu, bareng anak-anak KMPA ITB. Di perahu aku barengan Ghozi, Apis, Maily, Zahid, dan skippernya Kang Pey. Sesampainya di titik awal, Patrol, kami pompa perahu, pemanasan, berdoa, dan turun ke sungai. Airnya beneran gede banget, dan aku jadi semakin deg-degan. Ini beneran uji adrenalin.
Sepanjang pendayungan dari Patrol ke Leuwigoong aman. Lebih seru dari biasanya karena airnya yang besar dan bikin jeram jadi agak ganas. Grade yang biasanya 2,5-3 sekarang naik jadi 3,5. Katanya, kemarin ada bandang di Cimanuk yang bikin airnya jadi besar.
Pengarungan dilakukan kurang lebih 2,5 jam. Skipper, Ua Yana dan Kang Pey, selalu melakukan scouting sebelum menerjam jeram. Kali ini harus cermat menentukan jalur pada saat melewati jeram. Sebab, jeramnya lebih besar dari biasanya. Bahaya kan kalau terjebak di jeram dan sampai ngeflip. 😨
Pengarungan di jalur ini kami melalui jalur mainstream yang bernama Jeram Panjang. Seru banget karena jeramnya sungguh deras!
Setelah melalukan pengarungan kurang lebih 2,5 jam, sampai juga di jembatan Leuwigoong. Ternyata anak KMPA pada minta dilanjutin sampe bendungan. Aku yang udah mulai bernapas lega jadi deg-degan lagi karena dilanjut. Alasannya, jalur Leuwigoong seterusnya sudah memasuki grade yang lebih tinggi, dan memang dikhususkan untuk jalur petualangan.
Aku yang sebelumnya mengarung hampir hanyut ke undercut tentu saja takut. Tapi, bagaimana lagi. Mungkin ini saatnya aku menghadapi ketakutan itu. 😂😭👍
Memacu Adrenalin di Jalur Leuwigoong – Kopeng – Bendungan
Jeramnya jangan ditanyaaa. Lebih ganas dari yang sebelumnya. Karena, seperti yang aku sebutkan tadi kalau jalur Patrol sampai ujung, yaitu Kopeng, memang khusus untuk tim pecinta alam atau yang melakukan ekspedisi, bukan untuk wisatawan.
Adrenalin semakin klimaks di sini. Karena… perahu karetku terjebak di jeram dan membuat beberapa kru kami, Kang Pey (skipper) dan Zahid terjatuh dari perahu. Posisinya hampir nempel tebing dan sedang berada di atas jeram.
Zahid yang jatuh secara spontan pegangan tali perahu. Sedangkan Kang Pey, hanyut terbawa arus dan sudah gak bisa kami rescue. Seperahu panik (padahal nggak boleh, ya, ini. Jangan ditiru anak-anak 😂), apalagi Ghozi yang paniknya udah gak ketulungan. Maklum, dia jarang mengarung.
Setelah Zahid naik ke perahu karet, kami bergegas mendayung melewati jeram. Untung saja berhasil keluar dari jeram tersebut. Kemudian kami mendayung dengan kuat untuk mengejar Kang Pey. Alhamdulillah-nya Kang Pey selamat dan melipir ke delta.
Waaaaaaaaaaaaaaaaaah, kalau diingat-ingat, degdegan parah!
Setelah itu jeram semakin menjadi. Scouting jadi dilakukan agak lama dan semakin cermat. Dalam hatiku, kalau harus portaging atau lining, enggak apa-apa deh mending begitu aja daripada ngedayung, hahaha.
Tapi, sebelumnya memang sempet lining karena enggak sempat mengambil jalur mainstream dan kejebak di pinggir sungai. Sempet juga mau evakuasi, tapi karena ternyata akses menuju jalan jauh banget jadinya mau gak mau dihajar sampe finish.
Tiba dengan Selamat di Titik Akhir 🥲👍
Perjalanan yang panjang, daaaaaaan olahraga jantung pisan! Sekitar 1,5 jam akhirnya sampai juga di Bendungan (titik akhir) dan bisa bernapas lega lega lega lega banget!
Sungguh ini pengalaman mengarung yang degdegan banget kedua setelah pengarungan sebelumnya. 🚣
Leave a Reply