Aku mengakui kalau aku orangnya gampang lupa. Apalagi aku adalah orang dengan tipe input yang suka mengumpulkan banyak informasi. Pasti ada aja info yang berhamburan dan bikin lupa. Namun, sejak aku mulai bekerja kantoran (meskipun WFA) aku mulai membangun kebiasaan baru untuk mengurangi lupa. Salah satunya dengan cara memanfaatkan peralatan produktivitas.
Cara Mengantisipasi Gak Lupaan
Gampang lupa jadi salah satu kelemahan yang mungkin dialami oleh banyak orang. Manusiawi juga, sih, karena kapasitas tiap orang mengingat sesuatu kan beda-beda. Kalau aku sendiri mengakui kalau aku mudah lupa.
Padahal, gampang lupa ini cukup krusial dalam melakukan pekerjaan. Ya, bayangin aja lagi ngerjain proyek terus lupa dengan salah satu agenda inti yang perlu dilakuin. Bisa bikin kacau jadwal, kan.
Menurut aku, kelemahan ini sebenarnya sangat bisa diantisipasi. Sejak aku mulai bekerja kantoran lagi, aku berusaha membangun kebiasaan untuk mengurangi sisi gampang lupa ku.
Aku coba-coba beberapa cara dan menemukan kebiasaan yang cocok untuk aku terapkan supaya aku nggak gampang lupa dan bisa lebih fokus dalam melakukan pekerjaan. Satu hal yang paling oke untuk diterapkan, yaitu memanfaatkan peralatan produktivitas (tools productivity).
Memanfaatkan Peralatan Produktivitas
Zaman yang serba digital ini memunculkan berbagai macam apps yang mudah sekali mengaksesnya, misalnya
di smartphone yang selalu kita genggam. Buat orang yang cukup sibuk, aku sangat terbantu dengan kehadiran macam-macam apps, salah satunya untuk produktivitas.
Banyak sekali apps atau peralatan produktivitas yang bermanfaat mendukung to do list pekerjaanku. Mulai dari yang konvensional, sampai akhirnya bisa aku pakai kemanapun aku pergi melalui productivity apps itu.
Peralatan produktivitas merupakan alat tempurku untuk bekerja. Apalagi buat mengantisipasi sifat mudah lupa. Aku mau berbagai peralatan produktivitas yang aku pakai supaya nggak gampang lupa dan selalu ingat dengan to do list yang harus aku kerjakan.
Google Calendar
Google Calendar (disebut Gcal) ini benar-benar berjasa banget buat menjalani hari-hariku. Sejujurnya, awal mula aku pakai Gcal nggak teratur. Terpaksa karena pekerjaan yang mengharuskanku memantau Gcal. Tapi, lama kelamaan kebiasaan menggunakan Gcal ini bermanfaat banget!
Selain berfungsi sebagai pengingat agenda meeting dan lain-lainnya dalam pekerjaanku, sekarang Gcal ini mulai aku gunakan untuk keseharianku secara personal. Aku mulai nge-tag tanggal jika ada keperluan, dari yang sifatnya sekali aja maupun rutin.
Misalnya, aku tag reminder di satu tanggal ketika aku harus pergi ke suatu tempat. Ataupun tag reminder setiap hari Selasa di jam 4 sore untuk menyiram tanaman. Praktis banget pakai Gcal.
Buat orang yang baru pakai Gcal pasti akan tertantang untuk terbiasa menggunakan Gcal secara konsisten. Tapi, ketika sudah mulai terbiasa, hidup serasa lebih teratur karena ingat dengan agenda-agenda yang seharusnya kita kerjakan.
Aplikasi Notes di HP
Menggunakan notes di smartphone tentu sudah nggak asing. Setiap smartphone pasti dibekali dengan apps bawaan ini. Tapi, apakah kamu sering memanfaatkan fitur catatan di smartphone kamu? Karena sangat berguna sekali buat mengerjakan daily task atau menyimpan informasi.
Aku sendiri suka banget pakai notes. Ada 2 notes di smartphone yang aku gunakan. Sebenarnya lebih sering pakai notes app besutan Google. Tapi, karena notes bawaan di smartphone punya fitur yang berbeda, jadi kadang aku manfaatkan.
Google Keep
Notes satu ini adalah apps yang dibuat oleh Google. Aku menggunakan Google Keep sudah bertahun-tahun. Google Keep membuatku betah karena punya tampilan yang sederhana dan mudah digunakan, serta terintegrasi dengan akun Google sehingga semua catatanku tersimpan meskipun aku ganti perangkat.
Aku menggunakan Google Keep biasanya untuk menyimpan informasi penting atau sekelibat yang aku temui. Selain itu, aku juga memanfaatkan Google Keep untuk mencatat tautan halaman yang menurut aku insightful atau perlukan nanti.
Notes Bawaan HP
Sebagai informasi, aku saat ini menggunakan smartphone dengan merk Siomay. Sejujurnya, aku cukup terkejut dengan notes bawaannya yang ternyata nggak cuma sekadar untuk mencatat teks dan membuat gambar aja. Tapi, ternyata bisa bikin mindmap juga!
Adanya fitur mencatat dengan metode mindmap ini yang membuatku tertarik menggunakan notes bawaan Siomay. Karena, selain aku bisa mencatat informasi penting, di suatu kasus aku juga kadang bikin alur informasi tersebut.
Fitur lain yang oke banget dari notes bawaan Siomay adalah di bagian pinggir layar ada akses untuk mengeluarkan notes dengan cara hanya menggeserkan jari aja. Bahkan ketika aku sedang membuka apps lain, aku bisa langung mengakses catatan Siomay ini. Jadi, benar-benar terbantu ketika aku ingin mencatat informasi supaya nggak lupa.
Buku Catatan
Ini cara konvensial yang masih kerap aku lakukan. Entah kenapa menulis langsung di kertas terasa lebih nyantol di kepala. Biasanya aku catat langsung di buku ketika aku lagi belajar dan perlu mengingat beberapa hal penting.
Aku juga selalu mencatat poin-poin penting ketika aku sedang melakukan meeting. Bagiku ini penting banget karena berhubungan dengan to do list-ku. Jadi, aku memang selalu sedia buku catatan atau kertas ketika aku bekerja dan belajar.
Notion
Tools yang sedang ramai ini memang sesungguhnya powerful buat mengatasi gampang lupa alias untuk mencatat banyak hal. Bahkan, nggak sedikit user yang menjadikan Notion sebagai second brain.
Aku sedang mencoba menggunakan Notion. Tapi, hingga saat ini belum terbiasa. Mungkin, karena steps menggunakan Notion lebih banyak dibandingkan dengan notes yang langsung dicatat. Meskipun begitu, Notion ini salah satu peralatan produktivitas yang bisa banget digunakan buat mencatat banyak hal supaya ngga lupa.
Sejauh ini aku pakai Notion untuk mendokumentasikan game yang ingin, sedang, dan sudah aku mainkan. Selain itu juga aku gunakan untuk mengerjakan side project menulis karena fiturnya yang cocok buat mencatat agenda proyek.
Konsisten!
Di samping kebiasaan menggunakan peralatan produktivitas untuk mengingat supaya ngga mudah lupa, tentu saja harus dibarengi dengan beradaptasi dan kekonsistenan. Seperti yang aku bilang sebelumnya kalau aku nggak langsung rajin mencatat dan menggunakan peralatan tersebut.
Mulanya harus beradaptasi dulu dengan peralatan produktivitas dan kebiasaan baru. Kemudian harus selalu tetap konsisten supaya kebiasaan mencatat tetap on track. Pada intinya sih, memang harus ada niat ya buat membangun kebiasaan mengantisipasi lupa hahaha.
Balik lagi dengan peralatan produktivitas yang aku bagi tadi, menurutku recommended untuk dicoba. Sebab, semuanya mudah diakses dan khususnya untuk peralatan digital (selain buku catatan) semuanya gratis!
Kalau kamu menggunakan peralatan produktivitas lain, boleh share di komentar juga, ya! 😉
Leave a Reply